سبحان الله وبحمده, سبحان الله العظيم
Dandelion -- Nama yang jarang
menyapa deria dengar. Asing dari keramaian. Lantas tidak terprediksi akan
apakah ia. Sekali, diilhamkan Tuhan
akan peri maknanya.
Tergelintang serak kisah sebuah kehidupan. Perihal membesar ternukil di atas naskhah kumil, perjalanan ke arah tua bakal tercatit di lembaran lainnnya.
Untuk ditelanjangkan semuanya di sini, terlalu banyak. Membahas cerita jiwa, mengendah suara batin, adalah suatu kesia-siaan. Sekadar untuk membuang sesak yang terbeban, menterjemah rasa pada kata yang acapnya menyepi. Sekadar untuk zahirkan sebuah kepedulian dalam usaha memahami kompleksnya diri.
Dan tika dandelion singgah di hadapan, diajarkan aku citra hidup.
Dandelion mengajar aku. Menari riang bersama hembusan bayu. Percaya pada firman Tuhan. Bertahan dan berbahagialah dalam rintih doa, yang sering diaminkan.
Dandelion mengajar aku. Tumbuh dan berkembang dimanapun terhenti dituntun angin.Yakinlan akan terbina dunia baru yang lebih indah.
Dandelion mengajar aku. Tidak sempat indahnya terlihat lama, merekah halus sebelum satu-satu jauh mengembara. Terlihat ringan dalam perjalanan memaknakan ikhlas dalam perjuangan.
Dandelion mengajar aku. Pohonnya mengakar ke bumi, bunganya menggapai ke langit. Utuhkan pasak pada asas, realisasikan mimpi-mimpi indah selainnya.
Dandelion mengajar aku. Walau terkurung dalam keterasingan, walau namanya tidak segah mawar nan merah tapi manfaat terus ditabur. Mengajar seorang aku secangkir nilai kehidupan. Kesederhanaan yang memikat.
Dandelion mengajar aku. Dibisikkan pada aku persoalan, "Yakinkah? Tawakkul kamu di mana letaknya?". Tunduk aku meraih jawap. Sepi.
Dandelion mengajar aku. Untuk berhenti mendiam lalu pupus atau terbang bebas menyebar benih. Memilih. Yang bersenang-lenang di sini, saat ini atau bahagia di sana, kelak.
Dan di akhirnya aku tersenyum-senyum sendiri. Proses mencari dewasa, ditemukan aku dengan kawan putih itu. Walau tidak ia setia di sisi, tapi singgah membawa isyarat dari Sang Pembesar Jiwa. Pasti hadir dengan pelbagai makna.
Dan Dandelion itu perlahan-lahan melambai. Belajar lagi aku, ikhlas melepaskan pergi. Tersenyum melihat semuanya menari berterbangan di langit biru.
gambar ihsan google |
Tergelintang serak kisah sebuah kehidupan. Perihal membesar ternukil di atas naskhah kumil, perjalanan ke arah tua bakal tercatit di lembaran lainnnya.
Untuk ditelanjangkan semuanya di sini, terlalu banyak. Membahas cerita jiwa, mengendah suara batin, adalah suatu kesia-siaan. Sekadar untuk membuang sesak yang terbeban, menterjemah rasa pada kata yang acapnya menyepi. Sekadar untuk zahirkan sebuah kepedulian dalam usaha memahami kompleksnya diri.
Dan tika dandelion singgah di hadapan, diajarkan aku citra hidup.
Dandelion mengajar aku. Menari riang bersama hembusan bayu. Percaya pada firman Tuhan. Bertahan dan berbahagialah dalam rintih doa, yang sering diaminkan.
Dandelion mengajar aku. Tumbuh dan berkembang dimanapun terhenti dituntun angin.Yakinlan akan terbina dunia baru yang lebih indah.
Dandelion mengajar aku. Tidak sempat indahnya terlihat lama, merekah halus sebelum satu-satu jauh mengembara. Terlihat ringan dalam perjalanan memaknakan ikhlas dalam perjuangan.
Dandelion mengajar aku. Pohonnya mengakar ke bumi, bunganya menggapai ke langit. Utuhkan pasak pada asas, realisasikan mimpi-mimpi indah selainnya.
Dandelion mengajar aku. Walau terkurung dalam keterasingan, walau namanya tidak segah mawar nan merah tapi manfaat terus ditabur. Mengajar seorang aku secangkir nilai kehidupan. Kesederhanaan yang memikat.
Dandelion mengajar aku. Dibisikkan pada aku persoalan, "Yakinkah? Tawakkul kamu di mana letaknya?". Tunduk aku meraih jawap. Sepi.
Dandelion mengajar aku. Untuk berhenti mendiam lalu pupus atau terbang bebas menyebar benih. Memilih. Yang bersenang-lenang di sini, saat ini atau bahagia di sana, kelak.
Dan di akhirnya aku tersenyum-senyum sendiri. Proses mencari dewasa, ditemukan aku dengan kawan putih itu. Walau tidak ia setia di sisi, tapi singgah membawa isyarat dari Sang Pembesar Jiwa. Pasti hadir dengan pelbagai makna.
Dan Dandelion itu perlahan-lahan melambai. Belajar lagi aku, ikhlas melepaskan pergi. Tersenyum melihat semuanya menari berterbangan di langit biru.
Selamat Tinggal Dandelion,
Sahabat baruku.
07 April 2013
4 comments:
puitis nye kawan sy nii
waaah, puan nora was here! :D
love it! :D
Jot! Love you too. :D
Post a Comment