سبحان الله وبحمده, سبحان الله العظيم
Dhuha,
Memori Lapan Tahun Lalu. Kapan lagi bisa? (*rindu Tok) |
Pada helai
putih tanpa jahit
Pada ubun
tidak terlitup
Runduk sujud
syukur Ilahi
Bawah
pelataran Bait Al-A’tiq
Di balik
pinggiran Satu seruan
Seputar
mimpi perjuangan nan kencang
Puluhan
tahun menanti saban detik
Akhir dikota
mimpi agung tercita
Kayuhan pedal
lelahan berdesing
Urat belikat
sering tergeliat
Pagoda lusuh
basah tersarung
Sandal putus
usang terjahit
Tetes-tetes
air juga keringat
Dalam sedu, mengering
kesat
Dalam peluh,
mengering kasat
Demi memakna
sebuah hasrat
Kayuhan
tetap gigih terus
Menagih
cakna terabai sepi
Makalah
Al-Hajj rabak lunyai
Menanti
tabungan penuh terisi
Dan kini di hujung ini
Sebelum
nisan kaku dipacak
Berdiri (dia) di
sebalik Istana-Nya
Tenggelam
takjub bersama Sang Raja.
Senyum. Puas. Syukur.
Senyum. Puas. Syukur.
******************
“Hari A’rafah
itu apa?”
“Hari A’rafah itu hari Cinta.”
“Hari A’rafah itu hari Cinta.”
“Ayuh,
berCinta!”
"Ayuh, bersama."
"Kalian, a'raftum?"
" :) "
"Kalian, a'raftum?"
" :) "
Dhuha,
9 Zulhijjah 1433
Bait Al-Macarthur
No comments:
Post a Comment